Thursday, July 27, 2006

Al-Zaytun Pionir Sistem Pendidikan Satu Pipa

Al-Zaytun telah sepenuhnya menerapkan konsep system pendidikan satu pipa (one pipe education system). Mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kampus Peradaban bermotto toleransi dan perdamaian ini adalah pionir pendidikan satu pipa di Indonesia.

Kampus Al-Zaytun yang didirikan dan dikelola Yayasan Pesantren Indonesia ini diresmikan Presiden RI BJ Habibie dan pertama-kalinya memulai pembelajaran Kelas 7 tahun 1999. Enam tahun kemudian, tepatnya 1 Juli 2005, dibuka Kelas 1-6 (sekolah dasar) dan Universitas Al-Zaytun Indonesia. Sejak itu konsep system pendidikan satu pipa secara sepenuhnya mulai dilaksanakan di Al-Zaytun. Jika sebelumnya Universitas Al-Zaytun Indonesia dimulakan, kampus ini dikenal dengan Ma'had Al-Zaytun, maka sejak 1 Juli 2005, dikenal dengan nama Kampus Al-Zaytun.

Hari permulaan pembelajaran selalu dilakukan pada 1 Juli. Upacara permulaan pembelajaran itu, selalu diisi dengan penanaman nilai-nilai toleransi dan perdamaian. Selalu saja Syaykh Abdussalam Panji Gumilang menyampaikan pesan dan nasehat untuk menyatukan visi perdamaian bagi segenap civitas akademika dan eksponen Al-Zaytun, bahkan juga dengan para wali siswa-mahasiswa (santri).

Pada kesempatan itu, kepada semua santri, guru, pengajar, dosen, karyawan, eksponen dan tamu undangan terhormat, termasuk para wartawan yang biasa hadir, Syaykh AS Panji Gumilang menyampaikan seruan kemanusiaan kepada seluruh umat manusia. Seruan kehidupan yang damai, toleran, dan demokratis.

Setiap kali mendengar seruan Syaykh untuk mewujudkan cita-cita perdamaian, toleransi, dan demokrasi itu, walau sudah berkali-kali, selalu saja terasa ada yang baru dan memberi semangat dan pemahaman baru. Terlebih, semua dikemas dalam sebuah seremoni yang mampu membangkitkan rasa percaya diri sebagai bangsa, untuk kemudian timbul semangat untuk mencintai bangsanya sendiri, dan sebagai kader-kader cinta damai otomatis mencintai pula bangsa-bangsa lain. Sebab ukurannya adalah rasa kemanusiaan yang tak mengenal batas dan perbedaan.

Seruan Memperkuat Indonesia

Sebagai institusi pendidikan yang memegang teguh semangat pendidikan kepesantrenan, namun dikelola dalam system modern dan ber-setting global, seremoni permulaan tahun ajaran baru setiap 1 Juli selalu ditandai dengan acara yang sarat penanaman nilai-nilai perdamaian, kebersamaan dan toleransi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pembukaan Pembelajaran Tahun Ajaran Baru Bagi Pelajar dan Mahasiswa Al-Zaytun Tahun 1427-1428H/2006-2007M, pada 1 Juli 2006, yang berlangsung di Gedung Serbaguna Al-Akbar, juga berlangsung meriah. Ruangan terisi penuh lebih dari 10.000 orang santri, wali santri, koodinator Al-Zaytun dari seluruh Indonesia, guru, pengajar, dosen, eksponen YPI/Al-Zaytun, pimpinan organisasi siswa dan mahasiswa. Khusus kali ini dihadiri serombongan wartawan senior yang tergabung dalam East-West Center, terdiri dari negara-negara Asean dan AS.

Seremoni sendiri dimulai dengan kemunculan eksponen Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) dan Al-Zaytun, yang memasuki ruangan upacara dengan penuh rasa hormat. Tak berapa lama terdengar pulalah bunyi musik gending Jawa, pertanda orang yang ditunggu-tunggu akan datang yaitu Syaykh AS Panji Gumilang.

Santri rijal-nissa membentuk pagar betis begitu mendengan komando aba-aba serentak memberi hormat kepada Syaykh, yang sedang melangkah di atas karpet merah, membuat suasana hening sejenak. Syaykh berjalan didampingi Umi dan rombongan Ibu-Ibu lainnya. Di belakangnya menyusul Wakil Ketua YPI Ustadz Imam Supriyanto dan Sekertaris YPI Ustadz Abdul Halim, serta eksponen lainnya. Begitu Syaykh menduduki kursi, irama musik berhenti, hadirin khusyuk semua. Tak berapa lama bergemalah suara paduan suara diiringi musik modern menyanyikan lagu "Bangun Pemuda-Pemudi".

Sebelum lagu memasuki bait kedua, seorang orator berseru dalam balutan sajak perjuangan yang membahana. Ia mengajak semua pihak untuk membangun, sebab Indonesia harus kuat sebagai bangsa. Belasan ribu hadirin memberikan applaus, tepuk tangan, mengamini cita-cita bersama, Indonesia harus kuat.

Puisi yang menggelora semangat cinta kebangsaan, cinta dunia, dan cinta kemanusiaan itu :
Bait pertama : Wahai Pemuda Bangsa Indonesia, Bangunlah Engkau dari tidur panjangmu, Bangkitlah Engkau dari ketidak-berdayaanmu, Singsingkanlah lengan bajumu, Menuju Indonesia maju.
Bait kedua : Majulah membangun Negara, Majulah membangun dunia, Majulah membangun budaya, Tetaplah berusaha, Tunaikan tugas Negara.
Bait ketiga : Dalam persatuan, Kuasai negaramu, Indonesia harus kuat, Indonesia harus kuat, Indonesia harus kuat.

Seruan agar membangun Indonesia yang kuat itu membuat bulu roma bergidik, kuping bergetar, mata hati dan pikiran melihat jauh ke depan keagungan cita-cita Al-Zaytun yang mencerdaskan dan mendambakan perdamaian abadi di atas kemandirian Indonesia yang kuat.

Al-Zaytun berlambang warna, terlebih dahulu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, baru dilanjutkan "Mars Al-Zaytun" cipataan Abu Haqiqi, dan Mars Universitas Al-Zaytun Indonesia berjudul "Ajaran Ilahi Untuk Semua" gubahan Catur Tunggal.

Setelah itu acara dilanjutkan pidato pimpinan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Al-Hajh Imam Supriyanto, penyerahan topi kepada pelajar Kelas 1, Penyerahan panji kepada pelajar Kelas 7, dan pemakaian jaket almamater kepada mahasiswa Kelas 13 Universitas Al-Zaytun Indonesia oleh Syaykh AS Panji Gumilang. Syaykh kemudian pemberian pidato atau tausiyah pertanda resminya pemulaan tahun ajaran baru 1427-1428 Hijriyah atau 2006-2007 Miladiah.

"Pada kesempatan yang berbahagia ini kami selaku penanggung-jawab umum di institusi pendidikan Al-Zaytun mengajak para hadirin untuk memajukan pikiran kita, domir kita, sebagai ungkapan syukur kepada Allah, bahwa institusi pendidikan yang kita bangun bersama-sama, pada pagi ini mencapai umur ke-7, dan pada hari ini pula kita memulakan pembelajaran memasuki periode tahun 27 Hijriyah dan 2006 miladiah ini," kata Syaykh pada awal pidatonya.

Sekali lagi, serunya, mari kita panjatkan syukur kepada Allah atas segala karunianya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, selaku umat manusia yang menghambakan diri kepada-Nya dalam bentuk dan person terhadap pendidikan ini.

Untuk itu semua, kata Syaykh, maka dengan mengharap ridho Allah SAW, dengan resminya pembelajaran tahun ini kami nyatakan dibuka. Semoga Allah SAW memberikan kekuatan kita semuanya memasuki pendidikan ini, dan melaksanakan pendidikan ini, memberikan segala upaya, kemudahan-kemudahan sehingga berjalan dengan baik sampai pada batas akhir tahun dengan selamat dan terus memulakan tahun-tahun selanjutnya.

Syaykh menjelaskan, Al-Zaytun pada umur yang ke-7 ini, telah memulaikan sebuah system satu pipa sehingga pembukaan pembelajarannya pun dimulakan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi secara bersama-sama.

"Kita menetapkan tahun baru, tahun ajaran baru, dan tanggal ajaran baru, yaitu di bulan Juli tepatnya tanggal 1 Juli setiap tahun. Dengan perhitungan, persemester enam bulan, dan kemudian diadakan libur satu bulan, selanjutnya semester genap lebih lanjut enam bulan, dengan libur satu bulan. Kita terapkan dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi pembelajarannya pun seperti itu. Mudah-mudahan, dengan cara yang seperti ini kita terus sanggup dan ikut mengikuti aliran atau perjalanan pendidikan nasional yang ada di Indonesia ini," kata Syaykh Panji Gumilang.

Lebih lanjut Syaykh, mengungkapkan tentang apa yang telah diikuti Al-Zaytun dari system pendidikan nasional. Pelaksanaan pendidikan nasional yang telah memiliki Undang-Undang Kependidikannya, oleh Al-Zaytun, 100 persen diikuti. Dengan sitem yang dilakukan oleh system pendidikan nasional sendiri, maupun oleh system yang diterapkan oleh Departemen Agama, sampai hari ini kita mengikutinya, dan tidak mengenyampingkan apa yang kita miliki, sebuah system kepesantrenan.

Didasari Pertimbangan Ilmiah

Dalam tahun ajaran 2006-2007, Al-Zaytun mendidik santri Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 2.342 orang (terdiri Rijal 1.248, Nisa 1.094), Madrasah Tsanawiyah 1.950 orang (terdiri Rijal 1.098, Nisa 852), Madrasah Aliyah 3.713 orang (terdiri Rijal 2.151, Nisa 1.562), Kelas dewasa SD, SMP, SMA 449 orang, dan perguruan tinggi Universitas Al-Zaytun Indonesia 581 orang (terdiri Rijal 337, Nisa 244). Sebaran perguruan tinggi itu terdiri dari Fakultas Pertanian Terpadu 148 orang (terdiri Rijal 84, Nisa 64), Fakultas Teknik 58 orang (terdiri Rijal 44, Nisa 14), Fakultas Kedokteran 127 orang (terdiri Rijal 53, Nisa 74), Fakultas Teknologi Informasi (TI) 97 orang (terdiri Rijal 64, Nisa 33), dan Fakultas Bahasa 151 orang (terdiri Rijal 92, Nisa 59).

Usai Syaykh memberikan tausyah pencerahan bagaimana cita-cita dan visi jangka panjang Al-Zaytun yang melebihi peradaban masa kini, diadakan pembagian hadiah uang tunai secara simbolis kepada johan atau juara-juara terbaik peringkat 1-3 dari setiap kelas 1-11. Peraih Johan Pelajaran Santri Al-Zaytun merata berasal dari berbagai daerah seluruh Indonesia termasuk dari Malaysia. Para Johan kebanyakan memiliki nilai rata-rata di atas 9,0. Sebuah pencapaian yang sangat masuk akal sebab pada Ujian Nasional (UN) 2006 pun, untuk tingkat tsanawiyah dari 784 siswa Al-Zaytun yang ikut UN semua (100%) lulus dan dengan perolehan nilai yang nyaris sempurna pula.

Imam Supriyanto, Wakil Ketua YPI mengatakan Al-Zaytun telah bersama-sama berjalan tujuh tahun untuk memajukan system pendidikan satu pipa atau one pipe eduation system dari MI hingga Universitas. Imam berharap, sepulang tugas pengabdian di masyarakat, santri dapat segera mengikuti kembali disiplin-disiplin yang sudah digariskan Al-Zaytun. Tujuan pendidikan sistem satu pipa ini, kata Imam, supaya kita semua dapat mewujudkan, atau dapat menunjukkan satu masyarakat, atau satu kumpulan yang segala sesuatu didasari denga pertimbangan ilmiah.

Sebuah peristiwa menarik menandai permulaan pembelajaran kali ini. Ustad Agus Syamsuddin, dengan papan tulisnya berukuran sedang tampil ke mimbar mencontohkan pelajaran gabungan tiga pelajaran bahasa : Inggris, Arab, dan Indonesia menjadi satu pelajaran tunggal bernama Bahasaku, Arabiyaqi, My language.

Ustad Agus Syamsuddin saling bertegur sapa dan berkomunikasi dengan ribuan santri dalam tiga bahasa. Penyatuan tiga bahasa Arab, Inggirs, dan Indonesia menjadi satu pelajaran atau tree in one, adalah sekelumit perubahan progresif di lingkungan Al-Zaytun. Sebab, berdasarkan hasil Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Al-Zaytun, dalam sidangnya direkomendasikan mata pelajaran keagamaan tak lagi diajarkan di kelas yang waktunya terbatas hanya 45 menit tiap satu jam pelajaran. Melainkan, mengajarkannya di luar kelas yang memiliki waktu tak terbatas atau 1 X 24 jam sehari. (Sumber Majalah Berita Indonesia-17/2006)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home