Ekonomi Terpadu di Al-Zaytun
Seorang Santri sedang duduk makan di kantin yang cukup luas. Meja kursi terbuat dari kayu jati berjejer rapi dipenuhi santri lainnya. Di atas piring santri itu terdapat lauk rending, ayam goreng dan sayur asem. Tidak jauh dari piringnya tergeletak pisang, asinan dan segelas air putih. Bila dirunut, semua elemen yang ada di hadapan santri itu adalah proses yang terjadi di
Al-Zaytun. Proses ekonomi terpadu yang bergulir dari hari ke hari.
Melihat luasnya lahan, meganya gedung sekolah, asrama, dan berbagai fasilitas sarana dan prasarana di Mahad Al-Zaytun, orang tentu bertanya-tanya, dari mana dananya? Syaykh AS Panji Gumilang menyadari, secara financial untuk memenuhi kebutuhannya, Al-Zaytun tidak bisa bergantung sepenuhnya dari sumbangan donator serta partisipasi wali murid saja. Moto Mandiri dan mampu bersaing dengan bangsa lain, benar-benar dijalankan oleh yayasan ini. Al-Zaytun membuat sebuah mega proyek laboratorium alam yang sekaligus merupakan kegiatan ekonomi terpadu yang direncanakan dengan matang.
Dalam usahanya, sebagai kampus yang mandiri dan terpadu secara ekonomi, Al-Zaytun juga menyediakan sarana dan prasarana pendukung serta menjalankan berbagai industri. Seperti industri pengolahan susu, industri tahu dan tempe, industri pengolahan pangan, industri pengolahan pakan ternak, pabrik penggilingan beras, pabrik pengolahan garam yodium, percetakan, took serba ada, kantin umum, warung telpon, warung pos, bank, barber shop dan koperasi bersama.
Layaknya sebuah kota kecil, 'Distrik Al-Zaytun' memiliki denyut ekonomi kehidupan tersendiri. Sehingga, ketika seseorang dating ke distrik itu, dia tak perlu lagi mencari keperluannya di luar. Jangankan makanan dan minuman dengan menu gizi lengkap, bahkan pakaian, perlengkapan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, tas, sepatu, semua bisa didapat di sini. Sarana olah raga dan kesehatan lengkap tersedia, termasuk dokter, tenaga kesehatan serta obat-obatannya. Jadi, bisa dibayangkan, betapa tingginya nilai rupiah yang beredar di lingkungan ini, dengan jumlah di atas 10.000 setiap harinya.
Laboratorium dan Lahan Ternak
Di atas lahan seluas 1.200 hektar, Al-Zaytun membuat sebuah laboratorium alam. Laboratorium ini dijadikan percontohan bagi seluruh santri dan penghuni kampus. Di sini dibangun sebuah unit ekonomi terpadu yang pada akhirnya menyokong keberlangsungan hidup kampus ini. Setiap jengkal lahan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Lahan-lahan dikapling dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Misalnya, lahan peternakan, dipelihara berabgai hewan ternak sperti domba, sapi potong, sapi perah, unggas (ayam, bebek, angsa, dan lain-lain) yang semuanya menjadi sumber penghasilan.
Kemudian di distrik peternakan juga dibangun tempat karantina hewan, kolam budidaya ikan air tawar, bangunan laboratorium kultur jaringan, laboratorium embrio transfer dan inseminasi buatan, abngunan pengelolaan susu dan pengolahan paka ternak. Hingga saat ini, para ahli peternakan di Al-Zaytun termasuk Syaykh AS Panji Gumilang, telah berhasil melakukan inseminasi dan embrio transfer berbagai jenis sapi. Sapi-sapi tersebut menjadi bibit unggul yang siap dikembang-biakan.
Ada tiga jenis sapi yang dipelihara di sini. Sapi perah, sapi potong dan sapi unggul. Sapi-sapi tersebut terus dikembangkan secara optimal, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi bagi penghuni Al-Zaytun. Demikian juga denga peternakan unggas.
Lahan pertanian telah berhasil membudi-dayakan beras bibit unggul, cabai, tomat, jagung, kol, serta berbagai jenis sayuran organik lainnya. Semua hasil pertanian telah mampu menopang kebutuhan makanan di seluruh Al-Zaytun. Di sini, bukan saja ketahanan pangan terjaga, namun juga telah menjadi lumbung padi dan makanan. Kebutuhan beras di komplek ini rata-rata 4,5 sampai 5 ton perhari. Padahal lahan pertaniannya mampu menghasilkan 15-20 ton perhari. Dengan demikian, surplus antara 12-15 ton perhari, yang hasil penjualannya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti sabun, odol dan sebagainya. Semua hasil panen ini disimpan dan dijual melalui Koperasi Al-Zaytun.
Perkebunan
Lahan perkebunan ditanami tanaman komersil seperi jadi mas, jagung manis, jeruk silam garu, mangga, rumput king grass, serta seluruh jenis tanaman baik tanaman buah maupun tanaman keras yang beraneka raga. Produk tanaman keras seperti kayu jati, khusus dikembangkan untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan kayu. Sebab kayu-kayu jati tersebut digunakan untuk membuat meja, kursi dan perlengkapan meubel lainnya.
Di sini, produk meubel dihasilkan sendiri. Dari meja kursi dan lemari untuk asrama, untuk ruang belajar dan lain-lain. Industri meubel ini dijalankan oleh para karyawan yang sudah terlatih dan memiliki kemampuan desain meubel. Workshop meubel ini sekaligus sebagai tempat praktek santri, yang mampu menghasilkan berbagai produk. Mulai dari meja, kursi, lemari hingga macam-macam hiasan meja. Dari sini pulalah meja kayu jati dikantin, di ruang belajar, ruang asrama bahkan di tempat penginapan, ruang tamu dan kantor dihasilkan.
Pohon-pohon tanaman kertas yang sengaja dibudi-dayakan ini telah melalui serangkaian proses penelitian yang disebut kultur jaringan. Tujuannya untuk memperoleh bibit jati unggul yang bisa memberikan manfaat berlipat ganda. Selain bibit unggul, laboratorium kultur jaringan juga mengembangkan hamper semua tanaman yang ada. Seperti, rumput untuk makann ternak.
Air
Jauh sebelum Al-Zaytun didirikan, daerah ini terkenal kering dan tanahnya sulit menyerap air. Kini semuanya sudah berubah. Semua gedung di lingkungan Al-Zaytun dilengkapi dengan sarana penyerapan. Sehingga jika hujan turun, air terserap ke dalam tanah dengan cepat.
Guna mencukupi ketersediaan air, karena daerah ini termasuk tandus, dan untuk mengantisipasi musim kemarau maka Al-Zaytun membuat empat buah empang yang masing-masing berukuran 100 X 100 M2 dengan kedalaman 6 meter satu buah waduk seluas 7 Ha dengan kedalaman 9 meter. Empang maupun waduk ini selain untuk menyimpan air juga sekaligus dimanfaatkan sebagai peternakan ikan. Baik empang maupun waduk dibuat sebagai penyeimbang air tanah yang merupakan pendukung pengairan.
Air yang ditampung di waduk, telah melalui beberapa proses penyaringan. Sehingga siap digunakan untuk kepentingan asrama dan mengairi 30 ha area pertanian. Dengan harapan area ini tidak akan kekeringan di musim kemarau dan tidak akan kebanjiran di musim hujan.
(Sumber Majalah Berita Indonesia-14/2006)
1 Comments:
yang bener nih?
Post a Comment
<< Home